Kamis, 22 Maret 2018

Perputaran waktu



Pilihan yang sulit


ialah ketika kamu melawan hati


yang tak sanggup untuk bangun


yang bersemayam dalam sebuah teka teki kehidupan


Dan pada akhirnya semua akan terbangun


seiring dengan berputarnya roda kehidupan https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f5d/1/16/1f31c.png🌜https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fde/1/16/1f31d.png🌝



(Kanda Angga Praja)

Senin, 19 Maret 2018

Remata Indoor Insidious 2018


Gbr. Para peserta Remata Insidious berkumpul di Aula lantai 2 Masjid Fathullah, guna berkontribusi dalam kegiatan Indoor


Ikatan Remaja Masjid Fathullah (Irmafa) menyelenggarakan Rekrutmen dan Masa Ta’aruf Anggota (Remata) pada Minggu (18/3) di Aula Lantai 2 Masjid Fathullah. Remata merupakan kegiatan masa orientasi anggota baru sebagai ajang perkenalan. Kegiatan Remata berlangsung dua kali, yaitu Indoor dan outdoor. Kegiatan outdoor akan dilaksanakan pada Sabtu dan  Minggu (31/3 - 1/4) di Serua Indah, Tangerang Selatan.


            Setiap angkatan memiliki nama yang menjadi identitas masing-masing angkatan. Insidious (Innovation, Spirit, Discipline, dan Genious) merupakan nama yang dipilih oleh panitia untuk peserta Remata tahun 2018. Dengan tema Membentuk Generasi Religious dan Inovatif di Era Milenial, diharapkan agar angkatan Insidious memiliki daya inovasi yang tinggi dalam segala hal dan tetap menjaga nilai-nilai kereligiousan di era milenial.


            Di era sekarang ini agama mulai ditinggalkan terutama oleh kalangan remaja. Teknologi modern telah membutakan sebagian masyarakat bahwa sebenarnya agama beperan dalam segala aspek kehidupan. Remaja Masjid sebagai pemuda islami yang memiliki segudang kreativitas dan inovasi harus memikirkan strategi dakwah baru dalam meyiarkan ajaran Islam, sehingga diharapkan bahwa remaja masjid mampu membina iman dan akhlak masyarakat sekitarnya.” Ujar Ray Pangestu saat memberikan sambutan.


            Diawali dengan pembukaan, lantunan kalam Ilahi, dan sambutan-sambutan. Kemudian acara dilanjut dengan pembekalan materi yang disampaikan oleh senior dan alumni Irmafa diantaranya materi mengenai diskursus keirmafaan oleh Kanda Nuzul Wibawa, materi kemasjidan oleh Kanda Heri Fajrin, serta training motivasi oleh Kanda Khairun Erushillah Kimo. Ice breaking pun turut mewarnai keceriaan para peserta, dalam kegiatan tersebut para peserta dikelompokan menjadi enam kelompok guna kegiatan mentoring pada saat outdoor.


            Diakhir acara, para mentor berkumpul dengan kelompoknya masing-masing yang telah ditetapkan. Para peserta diberikan pembekalan terkait outdoor yang akan diselenggarakan dua pekan mendatang. (NYM)

Jumat, 16 Maret 2018

Kreasi cantik henna Irmafa


Gbr1. Tampak kader Irmafa sedang berkumpul di Irmafa Centre untuk belajar berkreasi Henna

Irmafa Centre, Departemen keputrian Ikatan Remaja Masjid Fathullah (Irmafa) menyelenggarakan pelatihan kreasi henna pada  Kamis (15/3) di Irmafa Centre (IC). Kegiatan ini, bertujuan untuk memberikan edukasi terkait kreasi henna kepada segenap kader Irmafa.


 “ Kegiatannya menarik, soalnya kita diajarin  bikin henna sama kaka-kakanya di Irmafa.” Ujar Imas.

Pelatihan ini tidak dipungut biaya dikhususkan untuk kader Irmafa , Najma Alvi dan Fika Sofi yang menjadi tutor pembimbing dalam pelatihan ini.

“Pelatihan henna ini gratis, tapi kalo privat bayar.” Ujar Najma Alvi.

Gbr 2 dan 3. Hasil kreasi cantik henna Irmafa


 Untuk pelatihan henna terdapat 3 kali pertemuan, pertemuan pertama diselenggarakan pada Kamis bulan lalu (15/2), sedangkan pertemuan selanjutnya akan diselenggarakan pada kamis (5/4) mendatang. Setelah pelatihan henna selesai, akan dilanjutkan dengan materi pelatihan keputrian lainnya seperti pelatihan kreasi make up.


            “Pelatihan henna cuman 3 kali pertemuan, untuk selanjutnya kita ada materi keputrian lainnya seperti pelatihan membuat make up” Tutup Najma Alvi. (NYM)

Ayat 102-109: Perintah bertakwa, beramr ma’ruf dan nahi munkar, berpegang dengan agama Allah serta tidak berpecah belah



Ayat 102-109: Perintah bertakwa, beramr ma’ruf dan nahi munkar, berpegang dengan agama Allah serta tidak berpecah belah


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (١٠٣) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (١٠٥) يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (١٠٦) وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١٠٧) تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ (١٠٨) وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (
١٠٩
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 102-109                                                     

102. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya[1]; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.
103. Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai[2]. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka[3], lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana[4]. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk[5].

104. Dan hendaklah di antara kamu ada[6] segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan[7], menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar[8]. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.[9]

105. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas[10]. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,

106.[11] Pada hari itu[12] ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram[13] (kepada mereka dikatakan)[14], “Mengapa kamu kafir setelah beriman?[15] Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”

107. Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri[16], mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.

108. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepada kamu dengan benar, dan Allah Tidaklah berkehendak menzalimi (siapa pun) di seluruh alam[17].

109. Milik Allah-lah[18] segala yang ada di langit dan di bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.



[1] Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa ketika turun ayat ini, ada yang merasa keberatan, maka dimansukhlah dengan ayat “fattaqullah mas tatha’tum” (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu) surat At Taghabun: 16, wallahu a’lam.
Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
Apa yang aku larang, hendaklah kalian menjauhinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian melaksanakannya semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh As Sa’diy berkata tentang tafsir ayat ini, “Ini merupakan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin agar mereka bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, tetap berada di atasnya dan istiqamah hingga akhir hayat. Hal itu, karena orang yang terbiasa hidup di atas sesuatu, niscaya ia akan meninggal di atasnya. Barang siapa di saat sehat, semangat dan berkemampuan tetap menjaga ketakwaan kepada Tuhannya dan mentaati-Nya serta senantiasa kembali kepada-Nya, maka Allah akan meneguhkannya ketika wafat serta mengaruniakan husnul khatimah. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud adalah, “Dengan ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak dikufuri dan diingat tidak dilupakan.” Ayat ini merupakan penjelasan terhadap hak Allah Ta’ala dalam takwa, adapun yang diwajibkan bagi hamba dari ketakwaan itu adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala, “fattaqullah mas tatha’tum” (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu). Rincian ketakwaan yang terkait dengan hati dan anggota badan sangat banyak sekali, namun terhimpun dalam “mengerjakan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya”. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan mereka melakukan hal yang membantu ketakwaan, yaitu bersatu dan berpegang teguh dengan agama Allah, di samping itu perkataan kaum mukmin adalah sama sambil bersatu tidak berpecah belah. Bersatunya kaum muslimin di atas agama mereka serta bersamanya hati dapat memperbaiki agama dan dunia mereka. Dengan bersatu, mereka bisa melakukan perkara apa pun, demikian juga mereka akan memperoleh maslahat yang banyak yang hanya bisa dilakukan secara bersama, seperti tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa, sebagaimana dalam berpecah dan bermusuhan menjadikan kesatuannya retak, ikatannya terputus, dan masing-masing hanya bekerja dan berusaha untuk kepentingan  pribadinya meskipun mengakibatkan bahaya yang merata.”
[2] Setelah menjadi muslim.
[3] Di mana ketika itu tidak ada penghalang antara kalian dengan neraka selain kematian.
[4] Dengan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[5] Yakni dapat mengetahui yang hak serta dapat mengamalkannya. Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang mengingat nikmat-Nya baik dengan hati maupun lisan agar bertambah syukur dan cinta mereka kepada-Nya dan agar Dia mengaruniakan kepada mereka karunia dan ihsan-Nya. Demikian juga menunjukkan bahwa nikmat besar yang layak sekali diingat adalah nikmat beragama Islam, mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta bersatunya kaum muslimin dan tidak berpecah belah.
[6] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكُنَّ اللهُ يَبْعَثُ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya. Kamu harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak, Allah bisa segera menimpakan azab dari sisi-Nya dan ketika kamu berdo’a tidak dikabulkan-Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7070)
[7] Kebajikan (al khair) adalah segala sesuatu yang mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kemurkaan-Nya.
[8] Ma’ruf: segala perintah Allah atau yang dianggap baik oleh syara’ dan akal, sedangkan munkar adalah segala yang dilarang Allah atau yang dianggap buruk oleh syara’ dan akal.
[9] Ayat ini merupakan petunjuk dari Allah kepada kaum mukmin, yakni hendaknya di antara mereka ada segolongan orang yang mau berdakwah dan mengajak manusia ke dalam agama-Nya. Termasuk ke dalamnya adalah para ulama yang mengajarkan agama, para penasehat yang mengajak orang-orang non muslim ke dalam Islam, orang yang mengajak orang-orang yang menyimpang agar dapat beristiqamah, orang-orang yang berjihad fi sabilillah, dewan hisbah (lembaga amr ma’ruf dan nahi munkar) yang ditunjuk pemerintah untuk memperhatikan keadaan manusia dan mengajak manusia mengikuti syara’ seperti mengajak mereka mendirikan shalat lima waktu, berzakat, berpuasa, berhaji bagi yang mampu dan mengajak kepada syari’at Islam lainnya, demikian juga memperhatikan pasar, bagaimana timbangan dan takaran yang mereka gunakan apakah terjadi pengurangan atau tidak, serta melarang mereka melakukan kecurangan dalam bermu’amalah. Semua ini hukumnya fardhu kifayah. Bahkan tidak hanya itu, segala sarana yang menjadikan sempurna amr ma’ruf dan nahi munkar, sama diperintahkan, misalnya menyediakan perlengkapan jihad untuk dapat mengalahkan musuh, mempelajari ilmu agar dapat mengajak manusia kepada kebajikan, menuliskan buku-buku yang berisikan ajaran Islam, membangun madrasah untuk mengajarkan agama, membantu pihak berwenang (dewan hisbah) mewujudkan syari’at, dsb. Mereka inilah orang-orang yang beruntung, yakni memperoleh apa yang mereka inginkan dan selamat dari hal yang mereka khawatirkan. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala melarang mereka bertasyabbuh (menyerupai) Ahli Kitab yang berpecah belah dalam beragama, terlebih perpecahan mereka terjadi setelah datang keterangan yang jelas.
[10] Yakni seterah mengetahui bahwa sikap mereka menyelisihi perintah Allah.
[11] Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitakan tentang keadaan pada hari kiamat dan atsar (pengaruh) dari balasan yang adil atau lebih baik, di mana di dalamnya terdapat targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman) agar seseorang memiliki rasa takut dan harap.
[12] Yakni hari kiamat.
[13] Mereka adalah orang-orang kafir.
[14] Ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.
[15] Maksudnya: “Bagaimana kamu lebih mengutamakan kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan petunjuk?”
[16] Mereka adalah orang-orang mukmin.
[17] Misalnya menyiksa mereka tanpa ada kesalahan atau dosa dan mengurangi kebaikan yang mereka lakukan.
[18] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Allah-lah yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi, Dia-lah yang menciptakan mereka, memberi rezki kepada mereka dan mengatur mereka dengan qadar-Nya, syari’at-Nya dan perintah-Nya. Semua akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, dan Dia akan memberikan balasan amal mereka yang baik maupun yang buruk.

TULISAN HILANG, PERADABAN MELAYANG

TULISAN HILANG, PERADABAN MELAYANG
oleh : Hammam Al Marisma
Pergolakan bahkan perdebatan seringkali terjadi dalam dunia kesusasteraan, banyak orang tidak mengetahui bahwa sastra merupakan bagian dari sejarah yang terlupakan. Indonesia merupakan salah satu negara yang terbilang masih bungkam akan perkembangan sastra. Dunia sastra adalah dunia yang membutuhkan kejujuran dalam setiap rangkaian-rangkaian kata-katanya. Menyangkut kembali relasi antara sastra dengan sejarah bangsa, sejak Pra kemerdekaan banyak sastrawan pribumi yang memiliki kualitas kognitif dan emosional kritis, mengkritik bangsa ini melalui setiap bait-bait kalimat mendalamnya.
Kalimat-kalimat sadis tersebut seperti hendak membunuh setiap perlakuan, kelakuan bahkan tingkah laku pada masanya. Teks dalam aneka tulisan tersebut melahirkan paradigma di setiap lapisan masyarakat. Tulisan dapat mengubah segalanya, melalui karya goresan dan pemikiran sang penyair, penulis bahkan sastrawan membuktikan kepada dunia. Dengan sastra dunia menjadi hidup. Sastra berbicara dalam keadaan diam, namun bergerak tanpa perpindahan. 
Perumpamaan yang sangat ambigu bertumpuk-tumpuk bahkan tak masuk akal dan logika. Sastra tidak tampak jika seseorang tidak mendalaminya, dunia sastra adalah dunia yang penuh akan pemahaman. Apabila kita belajar bersumber pada filsafat untuk mengetahui dan mengkaji semua ilmu pengetahuan di muka bumi ini dalam proses mencari jati diri, kita akan menemukan siapa diri ini sebenarnya. Dan melalui filsafat kita akan menemukannya, kendati dengan sastra bukan hanya kita dapat memahami diri sendiri melainkan keadaan orang lain secara utuh kita memahaminya.
membahas sastra sepertinya tak ayal kita akan mengenal berbagai karya seperti, novel, puisi, sajak, cerpen dan lain-lain. Sastra berkembang dan selalu mengalami perubahan sesuai dengan zamannya, dimana dipengaruhi oleh pemikiran yang dominan serta dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat pada zaman itu. 
Saya ambil contoh saja, sastrawan Indonesia angkatan 45 seperti Chairil Anwar dengan puisi ”Aku” menceritakan keadaan dimana sosok seseorang yang terpuruk pada masa itu, di negeri sendiri tetapi menjadi budak dengan jajahan negeri asing. Pada angkatan 45 para sastrawan mencurahkan kritik serta keluh kesah dengan puisi-puisi penentang. Belum lagi, pada masa angkatan 66 dimana sekumpulan sastrawan masa ini membentuk dan menerapkan apa yang dicita-citakan oleh Soekarno mendukung perkembangan sastra. Puisi tentang keadilan dan kebenaran  menjadi bahan utama pada setiap ide-idenya.
Tulisan-tulisan yang tertuang dalam karya sastrawan mendeskripsikan moral-moral bahkan perilaku-perilaku manusia terhadap dunia. Sastra bercerita tentang sang penulis dan mengungkapkan yang dilihat sang penulis. Jelas sekali, moral-moral yang terjadi dapat terlihat. Tanpa sedikitpun meleset puisi-puisi pemberontakan memang benar adanya sesuai dengan kehidupan. Alasan terbesarnya adalah ada makna di balik kata. Pemaknaan juga menjadi prioritas utama sebuah karya, karena karya tersebut diterbitkan atau dibuat pasti memiliki tujuan dan maksud tertentu. Tulisan memang memberikan pengaruh yang besar terhadap peradaban suatu tempat ataupun negara. Karena dengan tulisan suatu rekaman yang dapat diwariskan kepada setiap generasi-generasi mendatang. Kita dapat melihat sebuah negara peradaban terbesar di dunia, dimana arsip-arsip ilmu pengetahuan terkumpul di sana dan menjadi sumber setiap negara untuk mempelajarinya. Yunani, siapa yang tidak kenal dengan para filsuf Yunani, sebut saja Aristoteles, Plato, Socrates. Mereka tumbuh di negara peradaban yang mana telah menyusun rapih dan mendokumentasikan setiap karya para fisafat terdahulu untuk menjadikannya cikal bakal ilmu pengetahuan.
Melirik dan menelisik kembali di Indonesia, bagaimana kita dapat mengetahui adanya Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan prajurit Gajamada, dimana ia memiliki cita-cita besar untuk menyatukan nusantara, bagaimana kita dapat mengenal ada sebuah kerajaan Islam di sebuah tempat yang sampai sekarang masih mendapatkan julukan Serambi Mekkah? dan bagaimana kita dapat mengerti bahwa Indonesia pernah menjadi pusat pembelajaran ilmu pengetahuan yang besar melalui Kerajaan Sriwijaya? yang mana pada masa itu terkenal sebagai kerajaan Budha terbesar. Melalui karya-karya tulisan yang pernah terabadikan di masa lalu, juga melalui prasasti dan kitab-kitab tertulis yang ditemukan, kita dapat mengenal, mengetahui dan mengerti bahwa Indonesia memiliki sebuah peradaban yang sudah terbentuk sejak dahulu kala.
Karya-karya di atas berkorelasi satu sama lain dalam sebuah tulisan, dan  tulisan menceritakan bagaimana proses dan perkembangannya.  Melalui sebuah tulisan masyarakat tidak buta terhadap sejarah bangsanya. Kita mengenal tulisan saat mengenyam pendidikan dasar sekali, dengan tulisan segala sesuatu dapat dipahami, kita dapat mengeja, membaca, dan berbicara dengan baik. Menulis menguji setiap syaraf otak kita bergerak. Karena pada saat kita menulis, semua syaraf kita bekerja dan tidak mati, dimulai saat kita berfikir tentang ide apa yang akan kita tulis, menggerakan jari-jari kita, mengolah ingatan kita dan dituangkan kembali kedalam tulisan.
Dan pertanyaan penuh tanda tanya, bagaimana perkembangan sastra sekarang? Terutama di negeri kita, apakah ada sastrawan terkenal dan sekritis seperti Chairil Anwar dan W.S rendra? Apakah ada sastra perempuan yang melahirkan kata-kata kejujuran seperti Toeti Herarty, melalui puisi-puisi nya ia menyampaikan sebuah kejujuran sebagai seorang perempuan. Apakah ada penulis perempuan seperti Kartini dengan buku “Habislah Gelap Terbitlah Terang”? Jawabannya adalah pikiran yang melintas di kepala kita.  Kita amati dunia ini, sastra mulai meredup. Hanya segelintir orang yang mengabadikan keluh kesahnya melalui tulisan. Hanya sedikit orang yang dapat membaca keluh kesahnya sendiri.
Budaya menulis telah sepi dalam kesemrawutan kampus, dan budaya membaca telah hening dalam kebisingan suara kendaraan yang memenuhi parkiran, sampai tak ada  lagi lahan untuk berjalan kaki karena disesaki kendaraan. Karena menulis tak lagi menjadi budaya, dan sentuhan terhadap layar yang membuat kita menunduk setiap harinya menjadi budaya baru. Posting foto terbaru dan update kata-kata di media sosial, menjadi tren baru yang lebih diminati pemuda-pemudi.
Terdiam lirih, menanggapi setiap perubahan dan mulai menghilangkan peradaban di dunia yang serba canggih ini. Mungkin saja beberapa puluh tahun yang akan datang, kita akan kembali lagi pada masa dimana belum mengenal tulisan dan memulai kembali peradaban. Karena tiadanya sastra sebagai bukti sejarah untuk peradaban. Tidak adanya sastra akan melahirkan tidak adanya tulisan dan beranak pada tidak adanya peradaban, karena tidak adanya peradaban, maka menghilanglah dunia!