Jumat, 20 Oktober 2017

Angga Anjaya - Waktu dan Elegi



Waktu dan Elegi
Oleh : Kanda Angga Anjaya
                                           
Waktu perlahan membisikan sesuatu
Perasaan menjadi tidak menentu
Dengarkan katanya satu persatu
Seketika semuanya keras membatu

Kejora yang selalu bersinar
Terang dan berbinar-binar
Apabila melihatnya raga ternanar
Bingung diantara salah dan benar

Angin membelai dan menyayat
Lukanya dalam hingga hati ini pun tersayat
Karenanya tubuh menjadi mayat
Insan tinggallah satu hikayat

Waktu menarik lidahnya perlahan
Meninggalkan jasad tanpa rengkuhan
Melambaikan tangan dari kejauhan
Menyisakan Insan dan Tuhan

Angin sepoi tak ada lagi
Kini semuanya telah pergi
Menyisakan diri dan elegi
Berharap besok menanti pagi

Minggu, 01 Oktober 2017

End Of Story Karya Ratih

End Of Story Karya Ratih 
Edisi : Minggu, 01 Oktober 2017
By : Nugraha Yunus Mulyawan 
Editor : Nindya Puris                                                                                                             


Nampak Ketua Umum Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) Fauzan, sedang menggenggam buku End of story bersama Ratih Purnama Sari, penulis buku tersebut. Saat peluncuran buku End of story di Insomniak Café, Legoso, Ciputat pada Sabtu (30/9) .


Para pengunjung memperhatikan seseorang yang tengah mendemonstrasikan sebuah buku, sesekali riuh tepuk tangan terdengar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis buku tersebut. Adalah Ratih Purnama Sari yang biasa dikenal dengan Ratih, berhasil menerbitkan Bukunya yang berjudul End of story pada September 2017. Buku hasil karyanya ini, diikutsertakan dalam kegiatan demonstrasi untuk memperingati Hari Puisi Indonesia pada Sabtu (30/9) di Insomniak Cafe, Legoso, Ciputat.  


Dalam bukunya, End of story, Ratih menceritakan kisah perjuangan hidup, pengkhianatan, dan percintaan. Ia menuturkan, motivasinya menulis bermula dari pengalaman setiap manusia yang tidak pernah lepas dari lika-liku kehidupan, terkadang membuat kecewa, sedih, lelah, bahkan putus asa. Namun, pada akhirnya kehidupan inipun akan berakhir dengan kematian.

“Di dalam buku ini menceritakan kisah Perjuangan hidup, cinta dan pengkhianatan. Saya termotivasi dari kehidupan yang tidak lepas dari masalah. Namun, kita selayaknya harus mengingat akhir kehidupan kita adalah kematian.” ujar Ratih saat diwawancarai pada Sabtu (30/9).

Bermula dari kegemarannya menulis sejak kelas 11 SMA dan ketertarikannya membaca Novel karya Tere Liye dan Ahmad Fuadi, lantas ia mengembangkan sebuah tulisan yang behasil dimuat dalam koran Padang. Itulah awal mula Ratih menulis buku hingga sampai pada buku keempatnya.

“Seandainya hidup bisa ditawar, dengan siapa akan bertemu, berpisah, jatuh cinta, dan hal-hal lain yang bisa kutawarkan untuk tetap kupilih dan kutinggalkan. Mungkin ceritanya akan berbeda, namun sayang itu mustahil terjadi.” sepenggal kata dari buku End of story.

Hingga kini, Ratih berhasil menerbitkan empat buku di antaranya, Buku kumpulan Puisi Sajak di pulau Senja, Jalan, Madzhab Rindu, dan End of story.

Setelah peluncuran buku keempatnya, Ratih juga berharap, agar dapat menulis sebuah Novel dalam Bahasa Asing.

“Harapan ke depannya agar saya bisa menulis Novel dalam bahasa asing terutama Bahasa Arab.tutup Ratih.